Diawali dari buku antologi Yuk Meong Rame-rame, aku ditunjuk oleh seorang teman untuk menjadi kurator. Aku pikir jadi kurator itu gampang dan tugasnya ringan-ringan saja. Ternyata sulit juga, brow. Aku harus membaca satu persatu naskah teman-teman yang masuk. Dan aku juga mulai mengedit tulisan yang typo. Tapi aku senang. Dengan cara begitu bisa melatih diri aku menjadi seorang editor kecil-kecilan. Hehehe..

Sebaiknya menurut aku nih ya, baik penulis pemula maupun sudah lama, naskah itu sebelum dikirim sebaiknya dicek dahulu dengan teleti. Yah minimal memperbaiki tanda baca dan salah ketik/typo. Dengan begitu kita sudah meringankan kerja tim editor. Betul tidak?

Aku jadi teringat, pada tahun 2017 aku pernah mengikuti pelatihan kelas editor di Jakarta. Pelatihan itu mengajarkan aku bagaimana beratnya menjadi seorang editor. Tanpa mengenal waktu dan lelah mereka bekerja. Setelah buku kita jadi, kita lupa deh dengan editornya. Padahal buku kita menjadi cantik karena mereka. Oleh karena itu untuk meringankan kerja mereka, belajarlah jadi editor buku sendiri. Seperti aku banyak belajar ngedit gara-gara jadi kurator. Moga saja ada yang ngangkat aku jadi editor beneran. Hahaha...berat. Yang ada naskah teman-teman jadi hancur. Wkwkwk..

Ok brow, untuk editor bukuku dan juga buku antologiku makasih banyak ya. Aku doakan semuanya pada sehat dan panjang umur. Maaf yo, aku baru bisa kasih doa saja. Insyaallah..Allah akan balas kebaikan editorku semuanya dan semuanya masuk surga. Aamiin...